wireless charger untuk android
ANALISA MEDIA TRANSMITTER DAN RECEIVER TEGANGAN DC
PADA PENERAPAN PADA WIRELESS CHARGER
Yuli Hermanto
(1614121018)
Hermantoyu.blogspot.com
Abstrak
Sistem
transfer daya listrik pada saat ini sangat dibutuhkan,dengan adanya sistem
wireless yang digunakan untuk mempermudah mengambil sumber daya listrik untuk
menghidupkan komponen-komponen elektronik secara praktis, dengan Metode yang
digunakan pada sistem Wireless Power
Transmission adalah induksi resonansi magnetik. Dimana, tegangan dengan
frekuensi tinggi dipancarkan oleh transmitter
lalu dengan prinsip resonansi tegangan yang dipancarkan dapat diterima oleh receiver dalam bentuk tegangan
berfrekuensi sama dengan transmitter.
Pada project ini untuk menghasilkan tegangan berfrekuensi digunakanlah oscillator yang berfrekuensi 36,7 Khz
Kata kunci: Transmitter,induksi resonansi magnetik,oscillator.
1. PENDAHULUAN
Dijaman
modern sekarang ini banyak sekali alat-alat yang sangat canggih banyak
dikeluarkan, alat-alat tersebut pastinya tidak terlepas yang namanya sumber
daya atau membutuhkan sumber daya listrik.maka dari itu bermunculan
inovasi-inovasi baru untuk menciptakan berbagai macam media yang dijadikan
suplai tenaga listrik atau sumber listrik untuk mengisi alat-alat elektronik
yang membutuhkan tenaga listrik.dimana sumber listrik tersebut akan dijadikan
inti
untuk
menghidupan komponen tersebut.kembali kepada penemu-penemu listrik yang sudah
sanga-sangat berjasa sekali untuk menciptakan sumber tenaga listrik,sehingga
pada saat ini seluruh manusia sudah menikmati hasil penemuan mereka yaitu
listrik yang memberikan penerangan
.
Pada tahun 2007 secara mengejutkan, Marin Soljacic dkk peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT), berhasil menyalakan balon listrik 60 watt pada jarak 2 meter . Mereka menemukan bahwa untuk mendapatkan efisiensi transmisi energi listrik yang tinggi, antara pengirim dan penerima harus memiliki frekwensi resonansi yang sama
.
.
Pada tahun 2007 secara mengejutkan, Marin Soljacic dkk peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT), berhasil menyalakan balon listrik 60 watt pada jarak 2 meter . Mereka menemukan bahwa untuk mendapatkan efisiensi transmisi energi listrik yang tinggi, antara pengirim dan penerima harus memiliki frekwensi resonansi yang sama
.
Sebuah
transmitter wireless energi listrik memancarkan medan magnet dengan bantuan
coil yang dipancarkan dengan frekuensi yang sama dengan receiver. Agar impedansinya
optimal, digunakan gulungan kabel pada kedua sisinya. Gulungan kabel juga
berfungsi sama seperti gigi transmisi sepeda. Saat menanjak gigi transmisi
diturunkan agar mendapatkan energi yang lebih efisien, begitupun sebaliknya.
Receiver juga menentukan sendiri tegangan yang diperlukan sesuai dengan ukuran.
Dengan teknologi ini tidak ada kontak fisik antara pengirim dan penerima.
Selain itu, transmiter juga hanya memancarkan energi sebanyak yang diperlukan
oleh receiver.
2. Landasan teori
Pada
akhir abad ke 18, seorang ilmuan yang bernama Nikola Tesla memiliki pemikiran
tentang bagaimana mentransmisikan tengangan dengan media udara atau dengan kata
lain tanpa perantara kabel (wireless).
Dari percobaan yang dilakukan tersebut dihasilkan sebuah alat yang dinamakan
atas dirinya sendiri, yaitu kumparan Tesla (Tesla
Coil) . Dengan Alat ini Nikola Tesla dapat menghasilkan tegangan yang
sangat tinggi, arus yang kecil, frekuensi yang sangat tinggi dan berhasil
mengirimkan daya listrik sebesar 1.000.000 volt tanpa melalui suatu kabel
sejauh 26 mil untuk menyalakan kurang lebih 200 lampu dan 1 motor listrik.
Gambar 1. desain awal wireless power
transfer Nikola Tesla
2.1 TRANSFER
ENERGY
Kopling
energi terjadi ketika sumber energi memiliki alat untuk mentransfer energi dari
satu objek ke objek yang lain. Contoh paling sederhana ketika sebuah lokomotive
menarik rangkaian gerbong kereta api. Kopling mekanik yang menghubung
lokomotive dan gerbong memungkinkan kereta untuk bergerak dan mengalahkan gaya
gesek antara roda kereta dengan rel sehingga kereta dapat melaju.
Kopling
magnetik terjadi ketika medan magnet pada salah satu objek berinteraksi dengan objek
yang lain dan menginduksikan arus listrik pada objek tersebut. Melalui
mekanisme ini energi listrik dapat ditransfer dari sumber supply energi ke
peralatan yang memerlukan energi listrik.
Sangat
berbeda dengan kopling mekanik seperti yang dicontohkan pada kereta api,
kopling magnetik tidak memerlukan kontak secara fisik antara sumber pengirim
atau pembangkit energi dengan objek yang menerima energi tersebut.
Gambar 2. Magnetic Coupling
Rangkaian
oscillator pada prinsipnya hampir sama dengan rangkaian inverter untuk mengubah
gelombang searah DC menjadi gelombang denyut AC. Pada rangkaian digital
komponen oscillator sederhana
seperti crystal banyak digunakan sebagai pembangkit clock sinyal pada integrated circuit agar dapat berkomunikasi IC to IC. Sedangkan pada perangkat
elektronik saat ini rangkaian oscillator banyak digunakan pada rangkaian power supply/ SMPS (switch main Power supply)
Dengan bantuan IC PWM sebagai trigger untuk menghasilkan gelombang
denyut. Sedangkan pada pengembangan saat ini dalam dunia kelistrikan dimana
tuntutan teknologi yang semakin besar akan effisiensi dalam hal biaya dan
instalasi, konsep wireless power atau
transmit daya listrik dalam jumlah besar tanpa menggunakan kabel sebagai
penyalur utama menjadi tantangan dibanyak belahan dunia. Rangkaian oscilolator
menjadi bagian penting dalam sistem wireless power, dimana gelombang denyut
yang dihasilkan rangkaian oscillator pada dasarnya menghasilkan medan
elektromagnetik yang berubah-ubah.
Dan jika radiasi medan
elektromagnetik tersebut terkena kawat/ konduktor yang berada dalam jarak
radiasinya maka akan menyebabkan
timbulnya arus pada kawat tersebut (percobaan faraday).
Gambar 3.
Diagram wireless Power
Transfer
V induksi = - N d∅
dt
∅
= BA
Dimana: V ind
= Tegangan induksi (Volt)
B = Medan magnetik (Tesla)
A = Fluks magnetik (weber)
∅ = Luas
Kumparan (Meter persegi)
Sebuah Colpitts osilator , yaitu setelah perusahaan penemu Edwin H. Colpitts adalah salah satu dari sejumlah
desain untuk osilator elektronik sirkuit dengan menggunakan kombinasi
dari induktansi (L) dengan kapasitor (C) untuk penentuan
frekuensi, demikian juga disebut LC osilator . Fitur yang membedakan rangkaian Colpitts adalah bahwa umpan balik sinyal diambil dari pembagi tegangan yang dibuat oleh dua kapasitor secara seri. Salah satu fitur utama dari jenis osilator adalah
kesederhanaannya (hanya memerlukan induktor tunggal) dan ketahanan.
2.2
RANGKAIAN TRANSMITTER (PEMANCAR)
Perancangan
transmitter (pengirim/ pemancar) merupakan bagian yang paling penting dalam
sistem ini, jika tidak ada rangkaian pemancar, maka sebuah tegangan dari supply
tidak dapat di transmisi / dihantarkan tanpa menggunakan kabel.
Dalam
perancangan rangkaian Transmitter dibutuhkan beberapa komponen agar supaya
energi yang dipancarkan oleh alat tersebut menghasilkan pancaran energi yang
baik, komponen utama yang sangat penting
adalah
kawat email. Diameter kawat email yang digunakan dalam rangkaian ini adalah 3
mm
Gambar 4 Rangkaian Transmitter
2.3 RANGKAIAN RECEIVER (PENERIMA)
Pada penelitian ini receiver (penerima)
gelombang elektromagnetik dengan proses
resonansi magnetik, rangkaian penerima hanya terdiri dari rangkaian LC saja yang akan terhubung ke beban.
Rangkaian LC.
Untuk mendapatkan penerimaan gelombang yang
hampir sempurna, maka frekuensi resonansi sendiri pada rangkaian penerima
kurang lebih sama dengan frekuensi resonansi pada rangkaian transmitter, ini berguna untuk mendapatkan
frekuensi resonansi bersama bisa terpenuhi. Jika, dalam suatu sistem pengiriman
daya listrik tanpa kabel konstruksi dan perancangan pada sisi penerima juga
akan sangat mempengaruhi daya listrik yang dapat diterima baik itu dalam hal
jarak maupun tegangan keluaran yang dihasilkan ke beban. Unjuk kerja yang
dihasilkan dalam sistem ini diharapkan lebih baik jika dibandingkan dengan
menggunakan konsep induksi tradisional seperti pada konsep yang dipakai
pada trafo, tetapi mungkin tidak lebih baik jika dibandingkan dengan memakai
kabel seperti biasa.
Gambar 5 Rangkaian Receiver
3. METODE PENELITIAN
Dalam menjelaskan rancang bangun
system dan prosedur pengukuran alat pengukur frekuensi untuk pengiriman daya
nirkabel. Namun sebelumnya agar lebih sistematis dan mudah di mengerti atau dipahami.
Maka membutuhkan sebuah tahapan untuk membantu proses pembuatan dan mencapai
tujuan yang diharapkan.
Gambar. 6
Tahapan wireless charger
Penghantar
daya tanpa kabel,yang secara umum lebih dikenal dengan sebutan wireless powernya
berupa rangkaian pengirim ( transmitter ) dan rangkaian penerima (
receiver).berikut skema pembuatan rancang wireless power supply.
Gambar 6.
Digram plant dasar
Rangkaian transmitter atau rangkaian
penghasil
sinyal akan mengirimkan sinyal dengan frekuensi 52 khz, sinyal yang dikirim
pada dasarnya berupa induksi medan elaktro magnet. Yang akan membangkikan arus
pada lilitan receiver, seperti yang kita ketahui berdasarkan penelitian faraday
bahwa medan magnet yang berupa terhadap waktu dapat
membangkitkan
arus listrik pada konduktor. Sinyal yang diterima pada receiver berupa sinyal
sinus. Agar sinyal yang diterima pada receiver berupa sinyal sinus yang stabil
dan dengan daya yang maksimal maka harus dibuat rangkaian LC yang frekuensi
resonansinya 52 khz.sinus soidal yang ditangkap tidak bias langsung
diaplikasikan kebeban yang menggunakan arus bolak-balik (AC) karena frekuensi
yang berada diatas frekuensi peralatan yang banyak beredar dipasaran atau
sebesar 50 hz karna dapat menyebabkan panas berlebih dan dapat merusak
komponen. Oleh karna itu pada receiver dibuat rangkaian bridge diode untuk
merubah dari arus AC menjadi arus DC untuk kemudian dimanfaatkan pada beban
.
4.
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam
pengujian transmitter terdapat dua jenis
pengujian untuk melihat trend yang
terjadi pada sistem tersebut. Pengujian ini bertujuan untuk melihat frekuensi
yang dihasilkan dari transmitter yang
telah dibuat hingga mendapatkan nilai yang kiranya dianggap optimal baik dari
sisi biaya maupun hasil yang diinginkan, pengujian itu terdiri dari :
· * Pengujian frekuensi transmitter tanpa beban
*Pengujian frekuensi transmitter dengan beban
4.1 ANALISA
PENGUJIAN FREKUENSI TRANSMITTER TANPA BEBAN
Tabel 1. Data percobaan tanpa
beban
Dari data diatas pada jumlah kapasitor 1 buah
dengan 10 buah terjadi perubahan yang signifikan baik dari frekuensi maupun
dari tegangan, baik tegangan peak to peak maupun tegangan RMS. Dengan adanya kenaikan jumlah kapasitor maka perbandingan dengan
frekuensi akan berbanding
terbalik dan sebanding lurus dengan kenaikan tegangan pada sistem.
Dari data
diatas belum bisa mereperesentasikan mana nilai yang terbaik dari transmitnya,
namun bila tegangan yang menjadi patokan untuk transmisi maka bisa dipastikan
semakin besar kapasitor (sekitar 8-9 cap) akan semakin bagus karena nilai
tegangan yang dihasilkan juga sangat besar. Namun hal lain yang perlu dilihat
yaitu pada hukum kecepatan rambat dimana:
v = λ × f
maka
semakin kecil nilai frekuensi akan berpengaruh pada kecepatan rambat (jika kita
asumsikan panjang gelombang selalu sama). Dengan lambatnya kecepatan rambat
pada sistem maka akan mempengaruhi penghantaran daya. Oleh karena itu dari data
diatas dapat diambil nilai rata-rata frekuensi yang terjadi, dengan demikian
akan diperoleh berapa nilai yang masih reasonable
untuk digunakan pada sistem ini. Hal ini akan dipermudah bila telah mendapatkan
data dari percoban ke dua.
Tabel 2.
Perbandingan perhitungan dengan percobaan tanpa beban
Gambar 7.
pengukuran di Osciloscope pada
kapasitor ke 7
Hasil
data tabel 2 diatas merepresentasikan bahwa sistem yang dibuat telah sesuai
dengan teori yang ada. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada sistem ini tidak
terlalu signifikan karena jika dilihat dari persentasi error yang ada nilainya tidak lebih dari 10%, dengan
nilai demikian dapat disimpulkan bahwa sistem telah berjalan hingga dapat
membentuk gelombang resonansi yang diinginkan.
4.2 ANALISA SISTEM PERUBAHAN
FREKUENSI DENGAN BEBAN
Pada pengujian yang kedua ini, dilakukan
pengambilan data frekuensi yang sama seperti percobaan pertama, namun
ditambahkan sebuah receiver dimana
pada receiver tersebut diberikan
sebuah beban yang berupa lampu pijar yang memiliki spesifikasi, 12 V/8W.
Sama seperti apa yang dilakukan pada
percobaan
pertama percobaan dilakukan dengan mengubah-ubah nilai kapasitor yang ada pada transmitter sehingga perubahan yang
terjadi pada percobaan pertama juga akan sama terjadi pada percobaan kedua.
Namun perbedaan antara percobaan pertama dan kedua adalah pada saat pengukuran
disini terdapat rangkaian receiver sebagai
pembuktian apakah memang sistem WPT berjalan.
Dengan adanya receiver
pada percobaan kedua bukan berarti receiver
menjadi tolak ukur untuk pembahasan dalam analisa ini. Receiver disini hanya sebagai pelengkap data dari proses analisa untuk
mendapatkan nilai transmit yang
terbaik. Sedangkan untuk pembahasan receiver
akan dibahas pada penulisan yang lainnya.
Data yang terdapat di tabel 3, merupakan data yang
di dapat dari percobaan yang dilakukan. Terlihat trend perubahan yang terjadi pada tabel 3 hampir sama dengan trend pada tabel 1. Dimana, dengan
adanya kenaikan jumlah kapasitor maka akan terjadi penurunan pada frekuensi
sehingga akan dikatakan berbanding terbalik dan sebaliknya terjadi kenaikan
pada tegangan atau sebanding lurus dengan kenaikan tegangan pada sistem.
Namun, dengan adanya data tegangan yang diterima
pada receiver maka hasil ini akan
dapat membantu untuk menentukan mana jumlah kapasitor yang paling optimum untuk
transmitter. Dari data nilai yang
paling baik terjadi mulai pada kapasitor ke 6 dimana tegangan RMS yang terbaca di Osciloscope sebesar 16,40 Vrms
(dengan beban lampu 12V/8w) dan semakin baik di mana ketika jumlah kapasitor ke
7 dengan nilai tegangan RMS 21Vrms.
Tabel 3.
Data percobaan dengan
beban
Tabel 4.
Perbandingan perhitungan dengan percobaan dengan beban
Gambar 7
Pengukuran pada receiver di
osciloscope pada kapasitor ke 9.
5.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang dilakukan
untuk sebuah perancangan transmitter
pada sistem Wireless Power Transmission
(WPT). Maka didapat sebuah kesimpulan
yang didapat adalah :
1. Sebuah
transmisi daya dapat dilakukan secara nirkabel dengan mengunakan prinsip
resonansi pada couple magnetic.
2. Rangkaian
switching merupakan rangkaian yang mengubah
arus se-arah menjadi arus bolak balik dengan frekuensi tertentu.
3. Rangkaian
resonansi merupakan rangkaian yang terdiri dari induktor dan kapasitor yang
tersusun paralel, sehingga dapat membuat tegangan dapat terpancar yang
dikarenakan
hasil frekuensi rangkaian resonansi tersebut.
4. Semakin
jauh jarak antara receiver
dengan
transmitter dapat mempengaruhi tegangan yang diterima receiver.
5. Rangkaian
switching merupakan rangkaian yang mengubah
arus se-arah menjadi arus bolak balik dengan frekuensi tertentu.
6. Rangkaian
resonansi merupakan rangkaian yang terdiri dari induktor dan kapasitor yang
tersusun paralel, sehingga dapat membuat tegangan dapat terpancar yang
dikarenakan
hasil frekuensi rangkaian resonansi tersebut.
7. Semakin
jauh jarak antara receiver
dengan
transmitter dapat mempengaruhi tegangan yang diterima receiver.
6. DAFTAR
PUSTAKA
Dr David
Pottinge, The Possibility Of
WirelesElectricity,2009
<http://stepsandleaps.wordpress.com/2009
/09/15/the-possibility-of-wireless
electricity> .
Budimir Djuradj and Marincic
Aleksandar (2006)
, Research Activities
and Future Trends of Microwave Wireless
PowerTransmission,SIXTHINTERNATIONA
L
SYMPOSIUM NIKOLA TESLA, Serbia
Estimation of Output Voltage and Magnetic Flux
Density for a Wireless Charging System with Different Magnetic
Core
Properties. Journal of Magnetics18(2),105-110(2013.
Evaluation of Wireless Resonant Power Transfer
Systems With Human Electromagnetic Exposure Limits.IEEE
Transaction
on Elektromagnetic compatibility.
Marinic.A.S.”Nikola Tesla The Wireless Transfer.
IEE Transaction of power energy
Untuk lebih jelasnya silahkan tonton video ini...
Komentar
Posting Komentar